
Burung hantu merupakan hewan nokturnal dan tergolong hewan karnivora. Di barat, burung hantu di yakini sebagai simbol kebijaksanaan. Namun, di Indonesia sendiri burung hantu dianggap sebagai pembawa pertanda buruk. Ciri khas dari burung ini yaitu dapat terbang tanpa suara, memiliki mata yang seperti mata manusia dan dapat memutar kepalanya 270 derajat.
Sebutan burung hantu pun beragam, mulai dari celepuk, serak, jampuk, dan masih banyak lagi. Banyak dari jenis burung hantu yang tersebar di Indonesia dan menjadi burung endemik indonesia. Sedikitnya terdapat 54 jenis burung hantu dari 222 spesies yang tersebar di Indonesia. Burung hantu juga memiliki penampilan dan mitos yang menyeramkan.
Hal tersebut membuat sebagian orang takut apabila bertemu dengan burung hantu. Selain itu, suara burung hantu sendiri terkesan menyeramkan. Selain itu mitos yang beredar ketika mendengar suara tersebut di malam hari dapat menambah kesan horor tersendiri. Misalnya apabila ada bunyi burung hantu di belakang rumah menandakan akan ada perempuan hamil.
Kemudian, apabila anda mendengar suara burung hantu di atas jam 12 malam maka tanda bahwa ada hantu disana. Seperti yang dijabarkan di atas, burung hantu terdiri dari berbagai spesies, dan spesies tersebut tersebar di berbagai benua kecuali di antartika karena suhunya yang sangat dingin. Masing-masing dari spesies tersebut memiliki suara khas tersendiri.
Misal suara burung hantu celepuk yang mengeluarkan suara lembut berbunyi “whuk”. Burung hantu serak jawa yang mengeluarkan suara yang terkadang terdengar memilukan atau bersahutan dengan pasangannya. Lalu, burung hantu celepuk gunung yang bersuara “pliu-pliuw”. Bunyi burung hantu ini menyerupai siulan metalik dengan interval 12 detik.
Kemudian suara dari burung hantu celebuk reban. Suara yang dikeluarkan dari celebuk reban betina dan jantan sangatlah berbeda. Reban betina bernada “whlio” atau ”pwok” yang lebih tinggi dan bergetar yang lama kelamaan akan menurun. Sedangkan reban jantan memiliki nada yang lembut “wuup” yang sedikit meninggi dengan interval 1 detik.
Terlepas dari kepercayaan ataupun mitos yang ada, keberadaan burung hantu mulai berkurang di Indonesia. Kerusakan lingkungan dan perburuan untuk diperdagangkan adalah penyebabnya. Oleh sebab itu, anda harus menjaga dan melestarikan keberadaan burung hantu di alam bebas.