
Aceh merupakan salah satu daerah dengan ragam kebudayaan yang menarik. Salah satu keragaman budaya dari Aceh yang menarik untuk dipelajari adalah baju adat Aceh. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai baju adat dari daerah serambi mekah ini.
Sekilas mengenai baju adat Aceh

Baju adat yang dimiliki oleh aceh memiliki bentuk yang berbeda dengan daerah lain. Biasanya baju adat ini akan terlihat tertutup dan sangat islami mengingat daerah Aceh termasuk daerah yang kental dengan ajaran Islam.
Baju adat yang ada di Aceh memiliki corak variasi warna yang menarik. Biasanya warna yang umum digunakan adalah merah, kuning, hijau, hitam, dan ungu. Untuk pakaian dari wanita memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan pakaian pria.
Pakaian yang digunakan sebagai baju adat memiliki beberapa variasi tambahan. Variasi tersebut terpasang dari mulai bagian kepala hingga kaki. Selain itu, warna yang digunakan juga sangat bervariasi dan menarik untuk dilihat.
Pakaian adat Aceh Gayo
Pada dasarnya pakaian adat ini merupakan baju adat di wilayah Aceh yang diperuntukkan untuk wanita. Di wilayah Aceh Tenggara, pakaian ini lebih dikenal dengan nama Ineun Mayok. Di dalam baju ini terdapat beberapa aksesoris sebagai berikut:
- Baju
- Kain sarung
- Pawak
- Ikat pinggang ketawak
Sementara itu, di bagian kepala juga terdapat aksesoris seperti:
- Mahkota sunting
- Sanggul sempong
- Gempang
- Cemara
- Lelayang di sanggul
- Ilung-ilung
- Anting-anting subang gener
- Anting-anting subang ilang
Di bagian leher juga terdapat beberapa aksesoris, seperti:
- kalung tanggang
- benggong manik-manik
Untuk bagian lengan dan tangan, terdapat beberapa aksesoris berikut ini:
- Gelang giok
- Gelang puntu
- Gelang bullet
- Gelang ikel
- Semsin belah keramik
- Semsin genta
- Semsin paku
Sementara itu, aksesoris untuk bagian kaki adalah sebagai berikut:
- Gelang kaki
- Ikat pinggang rantai genti ranta
Pakaian adat Aceh untuk pria
Pada dasarnya terdapat perbedaan pada baju adat Aceh untuk pria dan wanita. Perbedaan tersebut terletak pada susunan pakaian yang digunakan. Selain itu, corak yang digunakan akan terlihat sedikit berbeda meski menggunakan warna yang sama.
Pakaian adat Aceh untuk pria memiliki nama Linto Baro. Secara garis besar, pakaian adat untuk pria memiliki 3 susunan yang berbeda, yaitu Meukasah, Sileuweu, dan Meukeutop.
Meukasah
Meukasah merupakan bagian atas dari Linto Baro. Baju ini memiliki bentuk menyerupai beskap yang terbuat dari tenunan kain sutra khas dari Aceh. Meukasah sendiri memiliki warna hitam yang memiliki makna sebuah kebesaran atau kekuatan.
Meukasah dikenakan oleh pria dengan tambahan aksesoris. Pada bagian atas Meukasah ditutup menggunakan kerah dengan bentuk seperti kerah cheongsam. Selain itu, terdapat juga sulaman emas yang terletak di bagian kerah hingga bagian dada.
Sileuweu
Sileuweu merupakan bagian celana dari Linto Baro. Sileuweu memiliki warna yang serupa dengan Meukasah dan disebut juga dengan cekak musang. Bahan yang digunakan adalah katun yang ditenun secara melebar hingga bagian bawah.
Selain itu, bagian ini juga dilengkapi dengan sarung songket. Tujuannya adalah agar pria yang memakainya merasa lebih berwibawa. Sarung songket tersebut hanya dikaitkan di bagian pinggang dengan batas panjang di atas bagian lutut sekitar 10 cm.
Meukeutop
Pada bagian atas, Linto Baro memiliki penutup kepala yang dinamakan dengan Meukeutop. Penutup kepala ini berbentuk lonjong ke atas dengan dihiasi oleh lilitan kain sutera dengan bentuk segi delapan yang bernama tengkulok. Selain itu. warna Meikutop memiliki makna:
- Merah melambangkan sifat kepahlawanan
- Kuning melamgbangkan kesultanan
- Hijau melambangkan agama
- Hitam melambangkan ketegasan
- Putih melambangkan suci
Pakaian adat Aceh untuk wanita

Pakaian adat Aceh untuk wanita dinamakan dengan Daro Baro. Untuk pakaian yang dikenakan wanita sendiri memiliki beberapa susunan. Susunan tersebut meliputi baju kurung, cekak musang, dan patam dhoe.
Baju kurung
Sebenarnya, baju kurung merupakan perpaduan dari kebudayaan Melayu, China, dan Arab. Baju kurung memiliki bentuk yang longgar dan tidak membuat tubuh pemakainya terlihat lekukannya. Baju ini dilengkapi dengan kerah dengan motif sulaman benang emas.
Pada saat digunakan, Baju kurung dilengkapi dengan tambahan aksesoris. Pada bagian pinggang akan dililitkan songket dari Aceh. Songket tersebut dililitkan menggunakan tali yang bernama taloe ki ieng patah sikureung.
Cekak musang
Pada bagian bawah Daro Baro, wanita yang memakannya akan menggunakan celana cekak musang. Warna yang digunanakan pada cekak musang disamakan dengan warna baju kurung. Pada bagian pergelangan kaki pemakainya diberikan juga tambahan sulaman benang emas.
Patam Dhoe
Patam Dhoe merupakan perhiasan yang dikenakan oleh wanita pada bagian kepala. Bagian kepala ini berbentuk seperti sebuah mahkota. Selain itu, Patam Dhoe juga memiliki ukiran dengan bentuk motif daun sulur.
Motif pada Patam Dhoe tidaklah hanya berupa ukuran daun sulur. Pada bagian lain, terdapat juga motif yang dinamakan dengan boengong kalimah. Motif ini membuat Patam Dhoe terlihat seperti sedang dikelilingi oleh bulatan dan bunga.
Demikianlah artikel singkat, padat, dan jelas mengenai baju adat Aceh. Semoga artikel ini bisa menambah wawasanmu mengenai baju adat yang ada di Aceh. Harapannya semakin banyak masyarakat Indonesia yang memahami kearifan budayanya yang sangat beragam. Jika kamu suka dengan budaya dari aceh, kamu juga bisa memesan baju jersey untuk komunitas warga aceh perantauan dengan memesannya di jersey printing yang ada di dekat tempat tinggalmu.